Duniaku sempit, bagai daratan terkepung tepian. Erosi
mengikis, perlahan menahan langkah merengkuh tujuan. Vakum, terpenjara dalam
sepi kertas tanpa tinta. Itu sebabnya
aku setuju denganmu, hidupku datar, tidak lagi memberikan getaran kepada
siapapun. Terlebih kepadamu. Angin mungkin telah menjemput setiap kenangan
tentangku di hatimu.
Aku mungkin bisa mengubah
dunia, tetapi tidak akan mampu mengubah hatimu. Karena segala yang tampak di
dunia punya ukuran, tetapi hati yang tiada terlihat, tak satu alat pun bisa
mengukur. Usailah hujan disambut pancaroba panjang.
Roda-roda bergerak pelan, meninggalkan sepi suara kerikil
bebatuan. Entah kemana arah tujuan sebab di balik kabut impianmu, mataku buta.
Mungkin cahaya suar bisa membantu, tetapi tumpukan karang terlalu jauh dariku.
Untuk menyeberang laut, aku tiada bisa lagi berenang. Kokoh hatimu telah
membekukan samudera yang tiada bisa dilayari.
Tiada yang kukuh
tanpa perubahan. Arus waktu senantiasa menyeret kita, terkadang membuat kita
terapung tak berdaya dalam impian sendiri. Namamu tidak ku lukis di atas pasir
tetapi ku ukir di terjal tebing karang. Pasang ombak tiada akan pernah bisa
menghancurkannya. Angin badai tidak akan mampu mengikisnya. Masalahnya bukan
tentang namanu yang abadi, tetapi tentang aku yang fana. Untuk itu aku hanya
bisa menulis dalam pinta.
Bro.. berkenan hubungi saya Kombes Nurhadi
BalasHapus